Tahun 2020 terbukti menantang bagi hak digital di Asia-Pasifik. Wilayah ini tidak hanya mengalami peningkatan umum dalam pengawasan negara dan pengekangan kebebasan berekspresi, tetapi juga pelanggaran hak digital seperti penutupan internet di Myanmar, disinformasi dan serangan terhadap aktivisme online di Filipina, dan doxxing pengunjuk rasa di Indonesia dan Thailand.
Pelanggaran ini terus terjadi pada tahun 2021, terutama karena orang semakin banyak menghabiskan waktu online dan internet dipandang penting untuk kehidupan pribadi dan profesional. Media, dalam segala bentuk, harus memainkan peran penting dalam meningkatkan kesadaran tentang isu-isu ini. Namun, belum ada cukup media visual yang menangani hak digital dan masalah keamanan khusus untuk konteks kawasan, terutama yang tersedia dalam bahasa daerah.
Aceh Film Festival bekerja sama dengan Engage media menghadirkan enam film dari Asia-Pasifik untuk memutar film pendek tentang masalah hak digital yang mendesak di kawasan ini. Film-film mereka terdiri dari kumpulan film yang menyoroti kisah-kisah hak asasi manusia di era digital. Film-film ini menggunakan berbagai bentuk dan alat penceritaan, mulai dari fiksi naratif, format dokumenter hingga animasi. Mereka juga akan digunakan untuk advokasi dan pelatihan.
Film-film tersebut mencakup cerita tentang pengawasan online di India, Malaysia dan Thailand; privasi data dan kekerasan berbasis gender online di Indonesia; kampanye disinformasi besar-besaran di Myanmar dan Filipina; kebebasan berekspresi online di Kamboja dan Malaysia; dan kedaulatan digital di seluruh kawasan.
Black Out (Myanmar) |
Not Love Songs (Kamboja) |
Panulukan (Filipina) |
Pattani Calling (Thailand) |
Peer to Peer (Australia) |
The Offensive Internet (Malaysia) |